Egy Maulana Vikri, Si Jago Gocek dari Kampung yang Direkrut Klub Polandia


Bagi pecinta sepak bola pasti kenal dengan nama Egy Maulana Vikri. Pemain Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-23 yang kini merumput di Benua Eropa. Meski sudah go internasional, Pria berusia 18 tahun itu tetap mencintai Tanah Air dan selalu siap kembali ke Indonesia jika tim asuhan Indra Sjafri membutuhkannya.

Memiliki karier gemilang  di usia muda merupakan buah kerja keras Egy selama bertahun-tahun. Disiplin dan rajin latihan menjadi kunci suksesnya. Seperti apa kisah bintang Timnas ini? Simak ulasannya berikut ini seperti dikutip dari berbagai sumber.

Mewarisi Bakat dari Sang Ayah

Bakat Egy bermain sepak bola menurun dari sang ayah, Syarifuddin. Pria yang kini menjadi pedagang itu rupanya mantan pemain si kulit bundar. Berbeda dengan sang anak, karier Syarifuddin sebagai atlet kurang bersinar. Namun Ayah dari 3 orang ini pernah menjajal kompetisi divisi I yang menjadi kompetisi level kedua kala itu.


Kecintaan dan dedikasinya pada dunia sepak bola kemudian diturunkan ke generasi muda Indonesia dengan menjadi pelatih di Sekolah Sepak Bola Asam Kumbang. Asam Kumbang adalah desa di Medan Selayang, Medan. Di sinilah awal mula Egy ditempa. Karena belum ada kepengurusan, Syarifuddin akhirnya mengirim Egy ke Sekolah Sepak Bola (SSB) Tasbi pada usia 5 tahun.

Anak kedua dari 3 bersaudara ini mengasah bakat di 2 sekolah tersebut. Tentu saja tujuannya menjadi seorang atlet sepak bola berprestasi yang akan mengharumkan nama Indonesia hingga kancah dunia. Syarifuddin terus mendukung dan membantu sang anak untuk itu. Selain Egy, sang ayah juga kerap menemani kakak Egy yang bernama Yusrizal Muzakki berlatih sepak bola. Ia ingin anak-anaknya berhasil sebagai atlet.

Awal Mula Karier

Kesempatan mulai terbuka kala Subagja Suihan melihat bakat Egy saat sedang bertugas memperluas Bandara Kualanamu, Medan. Menyaksikan cara remaja kelahiran Medan ini menggocek bola, Bagja langsung kepincut. Perasaannya begitu kuat dan yakin bahwa Egy yang saat itu berusia 11 tahun akan menjadi calon bintang di lapangan hijau.

Bagja serius untuk membina Egy dengan minta izin kepada orangtuanya. Sayang ditolak, karena orangtua pria kelahiran 7 Juli 2000 itu trauma dengan pihak-pihak yang mengaku pencari bakat, tahu-tahunya minta uang dan penipu. Tak kehabisan akal, Bagja melibatkan Firman Utina, bintang lapangan Timnas lain yang sukses berkat Bagja.

Lewat kesaksian Firman, orangtua Egy akhirnya merestui. Kesepakatan dibuat dan Bagja resmi menjadi bapak angkat Egy yang bertanggungjawab membina anak pasangan Syarifuddin dan Aspiyah ini ke Cirebon. Lalu ke Jakarta masuk Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan.

Bakatnya dalam mengolah si kulit bundar ditempa selama 4,5 tahun. Berbagai kesempatan untuk tampil di ajang bergengsi pun mulai berdatangan. Tercatat sejak bergabung di SKO, Egy pernah masuk dalam tim yang mewakili Indonesia di ajang Gothia Cup di Swedia untuk U-15 pada 2016. Ia juga mendapat kesempatan untuk ikut bertanding dalam ajang Piala Soeratin.

Melihat permainan Egy, membuat pelatih Timnas Garuda Muda tertarik. Egy selanjutnya mendapat kesempatan ikut seleksi dan bergabung membela Tanah Air di ajang sepak bola. Mulai dari Timnas U-16, U-19, hingga U-23 menjadi tempatnya bernaung. Posisinya sebagai gelandang.

Sabet Banyak Prestasi di Usia Muda

Belum genap usia 19 tahun, tapi prestasi sudah bejibun. Egy meraih prestasi perdana saat menjadi bagian dari tim yang bertanding dalam FIFA Grassroots Indonesia U-12 Tournament 2012. Di kompetisi ini, Pria tampan ini berhasil meraih gelar top scorer atau pencetak gol terbanyak, sekaligus membawa timnya juara. Di ajang tersebut, Egy juga pertama kali bertemu dengan pelatih Indra Sjafri.

Bergabung dengan Persab Brebes, Egy sukses mengantar timnya juara dalam Soeratin Cup 2016. Gelar juaran pun kembali disabet saat dirinya memperkuat ASIOP Apacinti dalam Gothia Cup 2016. Di 2 laga tersebut, lagi-lagi Egy diumumkan sebagai pencetak gol terbanyak. Lalu gelar Pemain Terbaik di kompetisi Gothia Cup.

Dalam ajang Toulon Tournament, Egy mendapat penghargaan, serupa dengan yang diraih Zinedine Zidane dan Christiano Ronaldo, yakni Jouer Revelation Trophee. Penghargaan karena dinilai memberikan pengaruh besar dalam permainan Timnas U-19 Indonesia kala itu. Meski demikian, Indonesia tak lolos fase grup turnamen melawan tim dari Skotlandia, Republik Ceko, dan Brasil.

Direkrut Klub Eropa

Permainan apik dan prestasinya dalam ajang Toulon Tournament, membuat Egy dilirik oleh klub-klub di Eropa. Diketahui ada klub dari 6 negara Benua Biru yang menawarinya untuk bergabung. Untuk memuluskan jalannya go internasional, agen asal Kroasia Dusan Bogdanovic ditunjuk untuk membantu Egy menemukan klub yang cocok.

Lewat agen tersebut, Egy resmi merumput bersama klub asal Polandia, Lechia Gdansk. Tetapi sebelum resmi bergabung, ia sempat menjalani uji coba atau trial bersama Saint Etienne. Klub asal Prancis ini sempat dikabarkan tertarik dengan permainan Egy. Dalam uji coba tersebut, Egy berhasil mencetak 2 gol. Ia juga tidak kesulitan beradaptasi, padahal saat itu musim dingin.

Namun pilihan jatuh ke klub Lechia Gdansk. Keputusan tersebut diambil karena Egy merasa kesulitan berbahasa Prancis. Sementara di klub Polandia itu, status Egy akan bermain dengan tim senior. Tidak ada kewajiban pula berbahasa Polandia, cukup bahasa Inggris.

Salah satu impian Egy adalah bermain dengan tim elit di Eropa. Tapi tidak mau masuk melalui akademi, melainkan lewat proses transfer. Ini lah yang membuat Egy mantap meneken kontrak selama 3 tahun dengan Lechia Gdansk.

Diberi Fasilitas Mewah Selama di Polandia

Bergabung dengan Lechia Gdansk dan tinggal di Polandia, Egy mendapat fasilitas mewah dari klub tersebut. Fasilitas yang sama dengan pemain lain. Selama tinggal di negara yang berada di Eropa Tengah ini, Egy menempati sebuah apartemen dengan fasilitas lengkap. Mulai dari pelayanan, keamanan, hingga juru masak.

Fisioterapis khusus juga sudah disiapkan untuk Egy. Bahkan mobil mewah Mercedes Benz E-Class lengkap dengan supir juga tersedia untuk mengantar jemput Egy selama di Polandia. Lechia Gdansk pun memberikan beasiswa supaya Egy melanjutkan pendidikan. Sejak resmi merumput di Eropa, nilai pasar Egy menurut Transfermarkt dibanderol dengan harga 45 ribu Euro atau setara dengan Rp709 juta.

Sukses dari Kerja Keras dan Ketekunan
Dua jempol deh buat Egy Maulana Vikri. Usia masih di bawah 20 tahun, tapi sudah memiliki karier cemerlang dan segudang prestasi. Tentu saja kesuksesan tersebut bukan diperoleh mudah, di balik itu semua ada kerja keras, kesabaran, ketekunan, dan disiplin yang sudah ditunjukkan Egy sejak kecil.

Egy bisa menjadi inspirasi buat anak-anak muda, termasuk generasi milenial yang ingin sukses dalam berkarier. Asah terus bakat, kemampuan, dan keahlianmu. Kerja keras dan pantang menyerah untuk meraih cita-cita. Tak lupa, minta doa dan dukungan orangtua yang akan selalu mengiringi langkahmu. Yakini bahwa tidak ada usaha yang sia-sia. [rol]


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Egy Maulana Vikri, Si Jago Gocek dari Kampung yang Direkrut Klub Polandia"

Posting Komentar