Kisah Semut di Masa Nabi Musa


Dalam sebuah hadis, Rasulullah menceritakan, ada semut yang menggigit seorang nabi pada zaman dulu. Lalu nabi itu memerintahkan agar membakar sarang semut. Kemudian Allah mewahyukan kepadanya: Hanya karena gigitan seekor semut maka kamu telah membakar suatu kaum yang bertasbih (HR Bukhari).

Kisah ini dialami Nabi Musa. Peristiwa itu terjadi saat dirinya berteduh dekat dengan desa semut (qaryah an-naml). Nabi itu di gigit oleh seekor semut. Kemudian dia memerintahkan agar barang bawaannya dijauhkan dari bawah pohon.

Mungkin, kedatangan sang nabi dengan temannya mengganggu para semut. Biasanya, semut melawan orang yang mengganggu dan merusak ketenangannya. Seekor semut datang dan menggigit nabi itu.

Meski mendapatkan kekhasan dari Allah, nabi tetaplah manusia. Dia tak lepas dari kekhilafan. Nabi tersebut emosi. Dia melakukan tindakan spontan yang membuatnya menyesal. Sang nabi marah kepada semut beserta teman- temannya.

Muncullah keinginan untuk menghukum seluruh semut. Dia memerintahkan para pengikutnya agar menjauhkan barang dari bawah pohon itu. Kemudian, dia menyulut api untuk membakar sarang semut.

Maka, semut yang sedang berjalan terbakar dan panas api itu sampai kepada semut-semut yang berada di lubangnya di dalam tanah. Seharusnya, yang dihukum hanyalah semut yang menggigit rombongan tadi.

Rasulullah mengajarkan bahwa seseorang berhak melawan orang atau hewan yang menyerang manusia, walaupun hewan jinak. Semut ini menyerang dan menggigit. Wajar saja hewan tadi mendapat hukuman.

Namun, menghukum semua semut yang ada di sarang itu dan membakar mereka dengan api bukanlah keadilan. Semut adalah ciptaan Allah. Mereka bertasbih dan menyucikan Allah seperti hewan-hewan lain.

Manusia tidak boleh menyerangnya, kecuali jika mereka me nyakitinya. Oleh karena itu, Allah menyalahkan nabi itu dan men celanya karena dia meng hukum melampaui batas. Dia meng hukum semut yang tidak ber salah karena kesalahan seekor semut. Dia membunuh sebuah umat yang bertasbih kepada Allah.

Semut dan sains Dalam Buku Pintar Sains dalam Alquran tulisan Nadiah Thay yarah, ilmuwan meyakini bahwa kehidupan binatang yang termasuk kelompok serangga berjalan atas dasar insting.

Namun, setelah dicapainya kemajuan dan perkembangan pengetahuan tentang dunia serangga, para ilmuwan mendapatkan kesimpulan bahwa kehidupan serangga berjalan di atas dasar fungsi-fungsi tertentu sesuai dengan sifat genetika yang meng atur perilakunya.

Salah satu jenis serangga yang menarik penelitian mereka adalah semut. Serangga ini memiliki sistem kehidupan tertib yang membatasi perilaku tiaptiap anggota masyarakatnya.

Untuk tempat tinggalnya, semut biasanya hidup secara ber kelompok di suatu tempat tertentu. Terkadang, sekelompok semut bisa memenuhi satu lembah yang luas sebagai tempat tinggal. Mereka hidup karena kerja sama di antara sesama anggota ke lompok.

Ketika mereka dihadapkan pada rintangan berupa air, misalnya, maka semut-semut yang muda, khususnya yang jantan dan memiliki badan yang kuat akan membangun suatu jembatan dengan cara mengaitkan kaki mereka masing-masing, sehingga semut-semut yang lemah dan terluka serta yang sudah tua atau masih kecil, bisa melewati rintangan itu dengan selamat.

Pembuatan jembatan ini adalah merupakan perintah dari seorang ratu semut yang memimpin kerajaan mereka. Kerajaan semut pun terdapat yang anggota-anggotanya bertugas untuk memberikan masukan kepada ratu, dalam menetapkan setiap keputusan yang akan diambi.,Terlebih pada saatsaat genting.

Sumber : Republika.co.id

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Semut di Masa Nabi Musa"

Posting Komentar