Air Zamzam, Makkah, Taurat: Bila Tagar Ikut Berhaji?


Kamis malam lalu, jelang tengah malam, muncul kiriman berita dari Jurnalis Republika, Fitriyan Zamzami, yang berada di Arab Saudi untuk meliput penyelenggaraan ibadah haji. Isinya singkat dan mengejutkan. Maka da kemudian saya telepon. Katanya,''Bro ini ada berita soal foto kardus berisi air zamzam dengan tulisan #2019GantiPresiden yang viral di media sosial.Cepat muat ya, nanti keduluan yang lain.''

Batin saya terusik dan kepala geleng kepala. Apalagi sebelumnya sudah diketahui ada foto kaos bertulisan tagar itu yang dibawa ke mataf oleh seorang jamaah umrah dan ada juga umbul-umbul mirip bendera dengan tagar ini terlihat manakala serombongan jamaah haji pergi berjalan kaki untuk melempar jumrah di Mina. Isi berita itu beginii:

Beredar gambar yang viral di media sosial soal pembagian paket zamzam yang sudah ditempeli stiker bertuliskan “#2019GantiPresiden" di Bandara King Abdulaziz Jeddah. Sejauh mana kebenaran hal tersebut?

Menurut Kepala Daker Bandara PPIH Arab Saudi Arsyad Hidayat, jamaah haji reguler Indonesia sedianya tak boleh membawa sendiri air zamzam dalam penerbangan pulang ke Indonesia. Demikian juga dengan jamaah haji khusus yang difasilitasi Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK).

Prosedurnya, maskapai pengangkut jamaah Indonesia seperti Garuda Indonesia Airlines dan Saudia Airlines membelikan paket zamzam untuk masing-masing jamaah dan petugas kloter. Paket-paket tersebut kemudian diberangkatkan lebih dulu ke Tanah Air menggunakan penerbangan tanpa penumpang.

Nantinya, kemasan yang berisi lima liter air zamzam itu akan dibagikan ke jamaah di Tanah Air. “Jadi jamaah sudah tak diperkenankan membawa zamzam dari Saudi,” kata dia di Bandara Jeddah, Kamis (30/8).

Seturut peraturan itu, jamaah kuota Indonesia yang bertolak dari Terminal Haji Bandara Jeddah tak mungkin mendapat pembagian paket zamzam di bandara. Hingga Kamis tersebut juga memang belum ditemukan ada pembagian zamzam di Terminal Haji.

Lain cerita di Terminal Internasional Bandara King Abdulaziz yang terletak sekitar satu kilometer ke arah selatan Terminal Haji. “Jadi berdasarkan info Bidang Pengawasan PIHK memang ada pembagian tersebut untuk jamaah furodah,” kata Arsyad.

Jamaah furodah adalah jamaah yang berangkat ke Tanah Suci tanpa melalui prosedur resmi yang dilayani pemerintah. Mereka biasanya mendaftar ke agen-agen di Tanah Air yang kemudian mengurusi sendiri visa ke Kedutaan Besar Arab Saudi dan menyediakan akomodasi di Tanah Suci. Berbeda dengan jamaah reguler, haji furodah bertolak pulang ke Tanah Air melalui Terminal Internasional Bandara Jeddah. “Jadi kasus itu ditemukan terjadi pada Senin (27/8). Mungkin inisiatif agen yang menempeli stiker,” kata Arsyad.

Terminal Internasional bukan wilayah kewenangan Daker Bandara PPIH Arab Saudi. Pasalnya, seluruh jamaah reguler dalam kuota memang tak datang maupun pulang lewat terminal tersebut. Sehubungan hal itu, tak ada petugas dari Daker Bandara yang ditempatkan di terminal tersebut.

Kabid Pengawasan PIHK di PPIH Arab Saudi, Mulyo Widodo, menuturkan, pihaknya mendapat info permulaan soal pembagian paket zamzam berstiker itu dari salah seorang jamaah furodah. Setelah ada informasi itu, petugas langsung menelusuri dengan menggali informasi di lapangan. “Dan setelah kita telusuri memang ada,” kata Mulyo di Jeddah.

Pembagian itu dilakukan di Terminal Internasional kepada jamaah furodah oleh seseorang yang membawa paket-paket Zamzam menggunakan troli. Paket zamzam yang dibagikan sedianya sama dengan yang biasa dijual konter-konter di bandara-bandara Madinah dan Jeddah.

Air zamzam sebanyak lima liter itu dimasukkan dalam wadah plastik dan dibungkus lagi dengan karton berwarna putih bersegel resmi Kerajaan Saudi dan dihargai 7,5 riyal Arab Saudi. Jamaah haji negara lain ataupun jamaah penerbangan nonhaji bisa membeli maksimal dua paket itu untuk dibawa ke negara masing-masing. Sementara untuk jamaah kuota reguler Indonesia, bisa tetap membeli tapi percuma saja karena nantinya akan diminta petugas maskapai meninggalkan barang itu di bandara.

Paket-paket tersebut yang diketahui ditempeli stiker bertuliskan “#2019GantiPresiden” dibagian sampingnya. Agaknya, pelaku membeli paket lebih dahulu dari penjual di bandara kemudian menempelinya sendiri.

Mulyo mengatakan, saat didatangi petugas, pembagian itu sudah selesai dan jamaah yang menerima zamzam sudah bertolak dengan penerbangan reguler nonhaji dalam rombongan yang tak termasuk rombongan haji khusus. Sebab itu, pihaknya tak bisa mengetahui lebih terperinci perihal pembagian. “Jumlahnya secara valid kita tidak tahu berapa, dan siapa yang menempeli juga kita belum menemukan,” kata dia.

Ia menekankan, jamaah furodah berada di luar regulasi penyelenggaraan haji oleh Pemerintah Indonesia. “Jadi penindakannya di luar kewenangan kita,” kata dia.


Saat membaca kiriman berita itu saya hanya bisa ngakak tertawa dan geleng kepala. Suasana politik ternyata sudah sampai di tanah suci tanpa bisa ditahan. Dan saya pun juga tak terlalu heran karena memang semenjak ratusan tahun silam dan kazanah kerajaan di Nusantara persoalan tanah suci dengan politik di tanah air selalu terkait. Bedanya, bila dulu dilakukan para bangsawan, utusan raja, atau orang kaya, kini bisa dilakukan oleh orang biasa dan dari trah jelata.

Uniknya, pada saat yang sama ingatan kembali kepada tulisan pakar filologi dan dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Moch Ali MA. Dia menulis panjang lebar soal sejarah dan marwah sumur dan air Zamzam. Menurutnya, dalam Alquran menyebutkan ayat penting berkaitan dengan situs bukit Shafa dan situs bukit Marwah sebagai bagian dari situs suci pelaksanaan ibadah Haji. Dan ini tentu saja terkait langsung dengan latar belakang adanya kemunculan sumur zamzam.

Hal ini dapat dibaca pada nas Qs. Al-Baqarah 2:158:

ان الصفا والمروة من شعاءرالله ("Inna ash-Shafa wa al-Marwata min sha'airi-LLAH ..")

Dalam kitab Taurat juga disebut:

הנה אצ-צפא ואל-מרוה מטקסי יהוה ("Hinne atz-Tzafa ve al-Marvah mith-thiqsei ADONAI ...")

Memang, dalam Alquran memang disebutkan penyebutan situs bukit Shafa dan situs bukit Marwah. Namun, Alquran tidak menyebutkan adanya penyebutan situs sumur zamzam.

Sebaliknya, kitab Torah (Taurat, red) memang hanya menyebutkan narasi peristiwa Hagar (Hajar, bahasa arab red), bunda Ishmael (Ismail) yang hal ini terkait kemunculan situs "sumur Lahai" (sumur zamzam).

Tetapi dalam hal ini Torah tidak menyebutkan penjelasan mengenai adanya situs bukit Shafa dan situs bukit Marwah yang menjadi sebab akibat kemunculan sumur Lahai (sumur zamzam). Namun, kedua teks suci ini tidak saling bertentangan, justru saling melengkapi dan saling menguatkan tentang adanya latar belakang kemunculan sumur zamzam.

Maka utulah sebabnya, Rav Nosson Scherman dalam ‘Le' houmach: Chamisha Chumshe Torah. Le' edition Edmond J. Safra’, terkait nas Sefer Bereshit 16:14 beliau menyatakan bahwa sumur tersebut akhirnya menjadi tempat doa di masa depan. Ini bisa dilihat dalam lihat Sefer Bereshit 24:62.

Rav Nosson Scherman ketika mengomentari ayat ini beliau berkata: Par la suite, ce puits est devenu un lieu de priere, voir plus loin, Sefer Bereshit 24:62 (Brooklyn, New York: Mesorah Publications, Ltd., 2015), hlm. 75.

Rabbi Bachya ben Asher ketika menjelaskan istilah באר לחי (Be'er Lahai) pada Sefer Bereshit 16:14 beliau pun berkata: כי בכל שנה היו הישמעאלים חוגגים אל הבאר הזה גם היום יקרא באר זמזם (ki be khol shanah hayu hay-Yisma'elim choggim el ha-be'er hazzeh gam hay-yom yiqqare be'er zamzam).

Artinya: "karena setiap tahun ada orang-orang keturunan Ismael yang melaksanakan ibadah haji menuju sumur ini, dan juga sekarang ini disebut sumur zamzam."

Ibn Ezra ketika menjelaskan nas Sefer Bereshit 16:14 terkait istilah באר זמזם (Be'er zamzam) juga telah menyatakan dengan tegas:

כי בכל שנה היו חוגגים הישמעאלים אל הבאר הזות גם היום יקרא באר זמזם (ki be khol shanah hayu choggim hay-Yishmaelim el ha-Be'er hazzot gam hay-yom yiqqare Be'er Zamzam).

Artinya: "karena setiap tahun ada orang-orang keturunan Ishmael yang berhaji menuju sumur itu dan juga sekarang ini sumur tersebut disebut sumur Zammzam."

Dalam dokumen-dokumen Rabbinik, kesinambungan tradisi intelektual Rabbi Bachya ben Asher hingga Rabbi Ibn Ezra dapat ditelusuri secara akademik.

Rabbi Bachya ben Asher (1255 - 1340 M.) murid utama Rabbi Shlomo ben Avraham Aderet/Rashba (1235 - 1310 M), dan Rashba adalah murid utama Rabbi Moshe ben Nachman/Ramban (1194 - 1270 M.), sedangkan Ramban sendiri sangat akrab dengan karya intelektual Rabbi Avraham Ibn Ezra (1089 - 1164 M.).

Karya Ibn Ezra אבן עזרא על התורה (Ibn Ezra 'al ha-Torah) ini merupakan karya yang disusun berdasar Torah she be'al phe (Torah Lisan). Itulah sebabnya dalam buku עיונים בלשונות הראב"ע karya Abe Lipshitz (Chicago: the College of Jewish Studies Press, 1969) disebutkan adanya banyak kutipan dari karya Ibn Ezra yang termaktub dalam tulisan-tulisan rabbi-rabbi otoritatif era Rishonim.

Dan kebenaran teksnya itu pun dikonfirmasi oleh mereka sendiri, di antaranya Rabbi David Kimchi/Radak (1160 - 1235 M.), Rabbi Moshe ben Nachman/ Nachmanides (1194 - 1270 M.), Rabbi Bachya ben Asher (1255 -1340 M.) dan para Tosafis yang pernyataan mereka juga termaktub dalam teks Gemara, Talmud Bavli.

Yang lainnya separate Rabbi Moshe ben Maimon/ Maimonides (1135 - 1204 M.) berkata: "study them (Ibn Ezra's words) with intelligence, understanding and deep insight." H. Norman Strickman, Ibn Ezra's Commentary on the Pentateuch. Genesis. Bereshit (New York: Menorah Publishing Company, 1988), p. xxii) juga berpendapat sama.

2
Nah, dalam tulisan ini tergambar betapa penting posisi Air Zamzam yang selalu menjadi 'idola' oleh-oleh para jamaah haji dan umrah. Untungnya kemudian muncul kiriman berita yang lain dari Fitriyan. Isinya begini:

Kementerian Agama (Agama) saat ini mengusut foto kardus berisi air zamzam dengan tulisan #2019GantiPresiden yang viral di media sosial. Hal ini disampaikan Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kemenag, Mastuki.

"Kami masih mendalami kasusnya dan berkordinasi dengan berbagai pihak baik perwakilan kita di Saudi dan Tanah Air untuk memastikan siapa atau pihak mana di balik kasus tersebut," ujar Mastuki saat dikonfirmasi Republika.co.id, Jumat (31/8).

Namun, berdasarkan laporan sementara yang diterima Mastuki, kardus bertuliskan #2019GantiPresiden itu ditemukan di Bandara Internasional Jedah, saat sejumlah jamaah haji furoda akan pulang ke Tanah Air.

Pada saat itu, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) sedang konsentrasi di Terminal Haji, yang jaraknya sekitar satu kilometer dari Bandara Internasional Jeddah. Maka, kata dia, dapat dipastikan jamaah tersebut bukan berasal dari jamaah reguler atau  khusus yang berjumlah 221 ribu.

Selain itu, aturan pemberian zamzam bagi jamaah haji reguler dan khusus hanya disediakan oleh maskapai Garuda dan Saudia Airlines. "Semua jamaah akan menerima lima liter zamzam saat kedatangan mereka di bandara kedatangan di Tanah Air. Jadi tidak ada yang menerima zamzam di bandara haji Jedhah atau Madinah," ucapnya.

Namun, jika memang ada Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) yang terlibat dalam kasus tersebut atau melanggar aturan penyelenggaraan haji, maka Kemenag akan memberikan sanksi sesuai regulasi yang ada. "Regulasi yang dimaksud itu terkait dengan aturan yang mengikat PIHK sebagai pihak yang diberi tanggung jawab menyelenggarakan haji khusus," kata Mastuki.

Adanya dua berita yang meributkan soal #2019GantiPresiden kembali membuat pertanyaan, sungguh merepotkan keberadaan tagar ini. Seperti air, mengapa tagar ini mampu merembes ke mana-mana bahkan sampai tanah suci.

Nah, di titik inilah saya berdoa agar tagar tandingan #2019Jokowi2Periode bisa juga semeriah dan sampai di negeri orang. Ayo jangan mau kalah? Dan ini membuktikan soal air Zamzam dari zaman anak beranak nabi Ibrahim, Sarah, dan Ismail ternyata tetap menarik perhatian sampai kini. Bahkan, banyak pihak yang sampai sibuk ketika ada sitker tagar yang menempel di kemasannya.

Menjumpai zaman tagar, tidak ada tagar tidak eksis? Walahu'alam bisawab.




Sumber : Republika.co.id 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Air Zamzam, Makkah, Taurat: Bila Tagar Ikut Berhaji?"

Posting Komentar