Lebih baik diet rendah lemak atau rendah karbo?


Perdebatan tentang manakah yang lebih baik dalam menurunkan berat badan, diet rendah lemak atau rendah kalori, sudah lama ada.

Diet rendah karbohidrat, seperti diet Atkins dan diet Keto, saat ini menjadi sangat populer. Seperti yang dilakukan oleh para selebritas seperti Kim Kardashian, Megan Fox dan Mick Jagger. Mereka berhasil menurunkan berat badan dengan mengonsumsi makanan rendah karbohidrat dan tinggi lemak.

Di sisi lain, banyak juga yang memilih untuk menghilangkan atau mengurangi lemak, seperti daging dan produk-produk susu.

Jadi apa yang paling baik dalam menurunkan berat badan, rendah lemak atau rendah karbo?

Menurut penelitian terbaru yang dipublikasikan di JAMA (Journal of the American Medical Association), kedua jenis diet tersebut sama-sama dapat menurunkan berat badan. Diet rendah karbohidrat yang sedang naik daun itu tidak lebih baik untuk menurunkan berat badan daripada diet rendah lemak.

Daily Mail menyebutkan penelitian tersebut menemukan, baik mereka yang menghilangkan lemak atau karbohidrat dalam porsi yang sama, berhasil menurunkan berat badannya sampai sekitar 6 kilogram.

Dikutip dari Independent, Christopher Gardner, PhD, dari Stanford University School of Medicine dan yang memimpin penelitian ini memahami bahwa tubuh manusia merespon pola makan sehat dengan cara-cara yang beragam.

"Kita semua pernah mendengar cerita seseorang yang menjalani salah satu diet, dan berhasil dengan baik. Namun ketika orang lain mencoba diet yang sama, ternyata hal itu sama sekali tidak bekerja pada tubuhnya," ungkap Prof Gardner.

"Hal itu karena kita semua berbeda, dan kita baru mulai mengerti alasan keragaman ini," ujarnya. "Mungkin sebaiknya kita tidak bertanya diet apa yang terbaik, tetapi apa diet terbaik untuk siapa?"

Science Daily menyebutkan, dalam penelitian sebelumnya ditunjukkan bahwa berbagai faktor, termasuk genetis, tingkat insulin yang membantu mengatur glukosa dalam tubuh dan mikrobioma, mungkin memengaruhi penurunan berat badan.

Penelitan terbaru yang diterbitkan pada 20 Februari 2018 lalu ini juga berkaitan dengan genetika dan insulin, berusaha menemukan apakah nuansa biologi ini menentukan apakah seseorang lebih cocok melakukan diet rendah karbo atau diet rendah lemak.

Dilansir dari situs Stanford News Center, untuk mengetahui apakah faktor biologis individu yang mengatur penurunan berat badan, Prof Gardner merekrut sekitar 609 orang yang mengalami kelebihan berat badan dan berusia antara 18 sampai 50 tahun.

Para partisipan ini, laki-laki dan perempuan dalam jumlah yang sama, diminta secara acak untuk memilih, apakah mereka mau melakukan diet rendah karbohidrat atau rendah lemak. Dan mereka diinstruksikan untuk mempertahankan pola makan itu selama setahun.

Selama delapan minggu pertama, para partisipan mulai membatasi asupan karbohidrat atau lemak harian menjadi 20 gram. Setelah dua bulan, secara bertahap mereka meningkatkan asupan karbohidrat atau lemak harian dalam jumlah kecil, sekitar 5-15 gram, untuk mencapai keseimbangan yang mereka yakini dapat dipertahankan selamanya.

Pada akhir penelitian, bulan ke 12, mereka yang menjalani diet rendah lemak mengonsumsi rata-rata 57 gram lemak, dan mereka yang menjalani diet rendah karbohidrat mencatat perkiraan asupan karbohidrat harian mereka adalah 132 gram.

Profesor Gardner beranggapan hal ini bagus, mengingat rata-rata konsumsi lemak harian para partisipan sebelum penelitian ini dimulai adalah sekitar 87 gram dan rata-rata asupan karbohidrat adalah 247 gram per hari. Rata-rata seluruh peserta percobaan ini kehilangan 13 kilogram selama 12 bulan.

Menurut Gardner, kuncinya adalah mengonsumsi makanan rendah lemak, maupun rendah karbohidrat yang sehat. Minuman bersoda mungkin saja rendah lemak, tetapi tidak sehat. Lemak daging mungkin saja rendah karbohidrat, tetapi buah alpukat lebih sehat.

"Kami memastikan untuk memberitahu semua orang, apapun diet yang mereka lakukan, rendah karbohidrat atau rendah lemak, pergilah ke pasar segar, dan jangan membeli makanan-makanan olahan," kata Gardner.

"Kami juga menyarankan agar diet yang dilakukan tidak membuat seseorang merasa lapar atau kekurangan. Karena hal ini akan sulit mempertahankan diet dalam jangka panjang."

Ahli nutrisi terkemuka, Rhiannon Lambert percaya bahwa terlalu terjebak dalam diet ketat bisa merugikan kesehatan dalam jangka panjang. Terlalu cepat menurunkan berat pada juga bukan ide yang bagus.

Pelaku diet yang paling sukses, baik mereka yang melakukan diet rendah karbohidrat maupun rendah lemak, adalah mereka yang mulai makan dengan lebih sadar, lebih sering memasak di rumah dan memfokuskan diri pada keseluruhan makanan, pungkas Gardner. (**)


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Lebih baik diet rendah lemak atau rendah karbo?"

Posting Komentar