Dari Sampah Jadi Sedekah
Di sela-sela jamaah haji tahun ini, ada pemandangan yang lazim. Di antara pakaian jamaah yang kebanyakan berwarna putih atau hitam, seragam hijau terang yang mereka kenakan nampak menyolok.
Para pekerja tersebut biasanya bersenjatakan sapu ijuk besar dan kantong sampah yang juga berwarna hijau. Terkadang mereka nampak menyapu dan mengumpulkan sampah, lain waktu menghampiri jamaah yang nampak memegang sampah dan menampung buangan mereka.
Pada masa-masa ritual wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, serta melontar jumrah, pekerjaan tersebut bukan mudah. Panas yang menyengat di Saudi membuat botol-botol air mineral berserakan tak terkira jumlahnya. Di tenda-tenda Arafah, juga jalur Mina dan Jamarat, botol-botol plastik tersebut nampak tergeletak di sana-sini.
“Saya sudah dari pagi kerjanya, sampai sekarang belum istirahat,” kata Tanbir Ahmed (25 tahun) salah seorang pekerja pengumpul sampah saat ditemui Republika.co.id di Jamarat, Kamis (23/8). Ia bersama lima rekannya nampak bekerja berkelompok. Sebagian menyapu sampah-sampah ke tengah jalur dan Tanbir yang memasukkan ke kantong sampah.
Tanbir menuturkan, kebanyakan pekerja kebersihan selama musim haji ini datang dari Bangladesh. “Ada ribuan jumlahnya,” kata dia. Ia memberi isyarat bahwa mereka dibayar lumayan meski enggan memberi tahu jumlah presisinya.
Kerja mereka memang nampak tak bisa selesai selama Jamarat masih dilakukan. Begitu sampah dilakukan, sisa jamaah lain, ratusan ribu jumlahnya pada satu periode lontaran, hadir lagi.
Tanda-tanda imbauan yang meminta jamaah tak menyampah bukannya sedikit di Tanah Suci. Ke mana mata memandang, selalu ada peringatan dan imbauan agar jamaah membuang sampah pada tempatnya. “Jangan menyampah, bersedekahlah,” tulis salah satu papan pengumuman dalam bahasa Inggris.
Kendati demikian, banyak jamaah yang belum mematuhi larangan tersebut. Seorang tua dari Pakistan yang ditemui Republika.co.id di pelataran Jamarat salah satu dari sedikit jamaah yang sadar kebersihan. Ia secara mandiri memunguti sampah di area tersebut dan memasukkannya ke tong sampah terdekat. “Rasulullah mengajarkan kita untuk hidup bersih,” kata dia dalam Bahasa Inggris terpatah-patah.
Dilansir AFP, Rabu (22/8), Kepala Dinas Kebersihan Makkah, Muhammad al-Saati mengatakan sebanyak 42 ribu ton sampah akan dihasilkan sepanjang musim haji kali ini.
Ia mengatakan, dibarengi cuaca panas dan jumlah jamaah yang mencapai 2,4 juta orang, sampah memang kadi salah satu persoalan utama penyelenggaraan ibadah haji.
Ia menuturkan, sebanyak 13 ribu pekerja kebersihan dan pengawas dipekerjakan selama musim haji kali ini. Pemerintah Kota Makkah juga memasang banyak rambu-rambu himbauan membuang sampah pada tempatnya, termasuk di dekat Ka\'bah.
Sampah-sampah plastik yang dikumpulkan tahun ini, kata al-Saati, akan dijual ke perusahaan yang menangani proses daur ulang. Hasil penjualan itu, akan digelontorkan lagi sebagai sedekah ke negara-negara dan pihak-pihak yang membutuhkan bantuan. Dari situlah asal peringatan “Bersedekahlah, jangan menyampah” di Mina dan sekitarnya.
al-Saati menuturkan, pihaknya merencanakan pengurangan sampah hingga dua per tiga pada 2030 nanti. Meski begitu, ia menekankan, upaya itu tak bisa dari pihak Kerajaan Arab Saudi saja. “Islam adalah agama yang tak mengajarkan untuk menyia-nyiakan sesuatu. Para jamaah bisa juga jadi teman bagi lingkungan hidup. Hal itu bisa dimulai dari dibangunnya kesadaran di kampung halaman masing-masing,” kata dia.
Laporan Fitriyan Zamzami, Wartawan Republika.co.id dari Makkah
Sumber : IHRAM.CO.ID
0 Response to "Dari Sampah Jadi Sedekah"
Posting Komentar